Jumat, 20 April 2012

KESENIAN GITAR TUNGGAL SUMSEL


Gitar Tunggal adalah sebuah kesenian musik yang menyebar hampir disemua antero pulau Sumatera. Ciri khas seni ini, seperti namanya adalah kemahiran permainan gitar yang dimainkan sendiri, di ikuti dengan saling berbalas pantun/ pantun bersahut. Seni Gitar Tunggal ini biasanya dimainkan oleh pemuda-pemudi yang sedang bercengkrama, atau orang tua yang sedang memberikan wejangan kepada anak-anak atau pemuda. Seni ini dulunya sangat diminati dan tenar, tak urung bermunculan para ahli dalam memainkan gitar ini dan terkenal hampir di seluruh Sumatera, terutama bagian selatan, Riau, Jambi, Bengkulu dan Lampung. Yang sangat menarik selain seni memetik gitar itu sendiri adalah isi atau pesan yang disampaikan dalam pantun-pantun yang saling bersautan. Biasanya pantun-pantun ini berisi sindiran-sindiran halus terhadap kejadian-kejadian yang sedang ngetren, suara hati orang yang sedang jatuh cinta atau menggambarkan kerinduan terhadap kampung halaman. Berikut cuplikan pantun lagu gitar tunggal yang bejudul Kaos Lampu yang dinyanyikan oleh Jeffry dan desi Melfia yang masih setia menekuni dan melestarikan seni ini.
Bujang: Bukanye Senang Duduk Ditangge, Ciri Ku Duduk Jauh Pikiran Jangan Takut Membujang Tue, Tue Diluar Mude Didalam. 2x Gadis : Ketintang Membawe Taji, Kemane Ncakah Saungye Slop Jepang Dikde Tebeli, Jangan bemance bebini Due. 2x Pantun diatas menyampaikan pesan dan sindiran agar jika hendak berpoligami ya harus memiliki persiapan yang matang, istilah selop jepang adalah sandal terbuat dari plastik yang ngetren pada jamannya :) Uniknya meski bahasa di sumatera berbeda-beda, tapi semua dapat disampaikan secara elok dalam pantun-pantun indah nan sederhana yang mudah dimengerti diiringi dengan permainan gitar nan menawan. Namun dibalik kesederhanaan lirik pantun dan permainan gitar itu, tersimpan begitu banyak nilai filosofi yang dapat dijadikan sebagai penggugah rasa. Nilai yang nyaris sulit didapatkan pada seni jaman modern sekarang yang banyak berkiblat pada budaya pop, kosong dan lebih banyak mengarah pada kebutuhan industri bukan seni . Seni gitar tunggal adalah salah satu kebudayaan yang saat ini nyaris punah. Saya masih ingat ketika malam minggu beberapa puluh tahun lalu dipedalam sumatera, sambil berkumpul dan bercengkrama dibawah sinar obor mendengarkan para pemuda menembangkan lagu-lagu yang lucu, riang namun tetap penuh makna. Namun saat ini semakin sulit menemukan orang-orang yang masih mau memainkan seni ini. Jika kita kepedalaman Sumatera, jangan heran jika suara gitar ini kalah gelegar dengan lagu Boy Band atau Girl Band. Generasi muda kelihatannya lebih tertarik dengan budaya populer dari pada budaya yang memiliki nilai luhur. Hal ini sepertinya bukan hanya monopoli nasib Gitar Tunggal, tapi hampir semua seni budaya Indonesia sepertinya harus bersiap-siap untuk dimuseumkan, jika tidak ada usaha untuk menjaga,melestarikan dan mewariskan kepada generasi penerus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar